Minggu, 24 Agustus 2014

Banyak Pengonsumsi Narkoba, Siapa Bertanggung Jawab?


Apabila seseorang dilarang maka ia akan menjadi penasaran. Itulah kiasan yang kiranya tepat menggambarkan para ”korban” pengonsumsi narkoba saat ini. Namun, mereka tidak bisa disalahkan begitu saja. Pasalnya, terdapat kemungkinan, mereka tidak mengetahui perihal penggunaan obat-obatan terlarang tersebut sesuai dengan aturan yang sebenarnya. Kiranya, disini banyak pihak yang semestinya bertanggung jawab.

Kini, pengonsumsi obat-obatan terlarang tersebut sudah hampir merata dipelbagai kalangan. Mulai dari masyarakat biasa, public figure (artis/aktris), politisi, mahasiswa hingga pelajar. Berbagai aspek disinyalir melatarbelakangi terjadinya hal tersebut.


Minggu, 01 Juni 2014

Lee Ritenour Jazz and Life

(ki-ka) Phill Perry, Lee Ritenour dan Michael Paulo
Setelah menanti lebih kurang dua jam, para penikmat Jazz di Graha Sabha Pramana UGM, Sabtu (17/5/2014) malam, langsung menepukkan tangan serempak. Ya, konser musik jazz oleh Lee Ritenour, band beraliran jazz dari California AS dimulai.

Konser Lee Ritenour yang diadakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini, dibuka dengan lagu You Send Me bersama solois Phil Perry langsung membuat penonton nampak begitu 'khusyu' mendengarkan alunan aransemen musik jazz. Pada pergelaran Economics Jazz ke-19 kali ini, Lee Ritenour tampil bersama anaknya Westley Ritenour yang memainkan drum, penyanyi RnB Phil Perry, pemain saxophone Michael Paulo, pemain keyboards Otmaro Ruiz, pemain bass Benjamin Shepherd serta gitaris Fred Schreuders. Lee Ritenour sendiri mempunyai genre bermusik Jazz, Jazz-fuck, Jazz-Fusion, Jazz-smoth

Minggu, 25 Mei 2014

Suporter di Indonesia (bukan) Suporter Bola?

Suporter Indonesia/repro istimewa
        TAK bisa di tampik bahwa sepak bola merupakan bagian dari sendi kehidupan bangsa Indonesia. Buktinya, setiap Tim Nasional berlaga, baik di stadion maupun di layar kaca, jutaan pasang mata memberikan dukungan.     

Sabtu, 05 April 2014

Indonesia, Bangsa yang (Me)lupa



Tertangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seakan menjadi puncak hancurnya martabat bangsa. Bagaimana tidak, MK yang selama ini menjadi benteng terakhir hukum di Indonesia sudah runtuh harkat dan martabatnya lantaran orang mereka sendiri.